PanduanGeoteknik 4: Timbunan Jalan pada Tanah Lunak: Desain dan Konstruksi Panduan ini merumuskan: • Metode-metode yang harus diterapkan untuk menguji keabsahan data penyelidikan • Prosedur untuk mendapatkan parameter-parameter • Proses pengambilan keputusan dalam memilih teknik dan metode yang efektif dan memuaskan ArticlePDF AvailableAbstractRework cannot be separated from construction projects. The direct and indirect cost resulting from it are quite significant. This research aims to identify the causes of rework and to propose effective ways to reduce it. It is conducted using questionnaire, which was targeted to consultants and contractors in Surabaya. The results show that defective designs, changes in design, and coordination problems among design documents were the most influencing factors causing reworks. In order to reduce rework, the most effective ways according to the respondents are enhancing and improving communication and coordination among participants during design and construction phases, and also predicting and solving design problems before construction works begin. Abstract in Bahasa Indonesia Rework tidak dapat dipisahkan dari dunia konstruksi. Dampak biaya langsung maupun tidak langsung yang diakibatkannya cukup signifikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab utama dari rework dan juga memberikan cara yang efektif untuk menguranginya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada konsultan dan kontraktor di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dan perubahan desain, serta buruknya koordinasi antar dokumen desain adalah faktor yang utama penyebab rework. Untuk dapat mengurangi rework, cara yang paling efektif menurut responden adalah meningkatkan dan memperbaiki komunikasi dan koordinasi pada fase desain dan konstruksi, serta memperkirakan dan mengatasi masalah-masalah desain sebelum masuk ke fase konstruksi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 22 Civil Engineering Dimension, Vol. 7, No. 1, 22 – 29, March 2005 ISSN 1410-9530 Civil Engineering Dimension ISSN 1410-9530 print © 2007 Thomson GaleTM PENYEBAB REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI Andi Dosen, Program Pascasarjana Manajemen Konstruksi - Universitas Kristen Petra Email andi Samuel Winata, Yanto Hendarlim Alumni, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil - Universitas Kristen Petra ABSTRAK Rework tidak dapat dipisahkan dari dunia konstruksi. Dampak biaya langsung maupun tidak langsung yang diakibatkannya cukup signifikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab utama dari rework dan juga memberikan cara yang efektif untuk menguranginya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada konsultan dan kontraktor di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dan perubahan desain, serta buruknya koordinasi antar dokumen desain adalah faktor yang utama penyebab rework. Untuk dapat mengurangi rework, cara yang paling efektif menurut responden adalah meningkatkan dan memperbaiki komunikasi dan koordinasi pada fase desain dan konstruksi, serta memperkirakan dan mengatasi masalah-masalah desain sebelum masuk ke fase konstruksi. Kata kunci rework, dokumen desain, konstruksi, Surabaya. ABSTRACT Rework cannot be separated from construction projects. The direct and indirect cost resulting from it are quite significant. This research aims to identify the causes of rework and to propose effective ways to reduce it. It is conducted using questionnaire, which was targeted to consultants and contractors in Surabaya. The results show that defective designs, changes in design, and coordination problems among design documents were the most influencing factors causing reworks. In order to reduce rework, the most effective ways according to the respondents are enhancing and improving communication and coordination among participants during design and construction phases, and also predicting and solving design problems before construction works begin. Keywords rework, design documents, construction, Surabaya. PENDAHULUAN Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruk-si. Sangat jarang, atau bahkan mustahil, untuk tidak menemui rework pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Rework dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktifitas, baik konsultan maupun kontraktor. Selain itu, seperti yang dipaparkan beberapa sumber [1,2], rework merupakan salah satu kontributor utama pada pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek. Catatan Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juni 2005. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipil Volume 7, Nomor 2, September penelitian telah mengungkapkan bahwa biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari rework cukup signifikan. Sebagai controh, Abdul-Rahman [3] mengatakan bahwa biaya nonconformance pada suatu proyek highway yang ditelitinya adalah sebesar 5% dari nilai kontrak. Dalam penelitian yang lain pada sembilan proyek, Burati et al. [4] menyebutkan bahwa biaya rata-rata yang dikeluar-kan untuk memperbaiki masalah kualitas adalah 12,4% dari nilai kontrak. Sementara itu, penelitian lain [5] bahkan menemukan biaya karena kega-galan kualitas mencapai 25%. Selain biaya langsung, rework juga membawa dam-pak tidak langsung [6]. Biaya-biaya administrasi seperti overhead dan paperwork dan menurunnya produktifitas, motivasi dan moral pekerja dan personel adalah sedikit contoh dari dampak tidak Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 23langsung ini. Lebih lanjut, biaya tidak langsung ini biasanya jauh lebih besar daripada biaya langsung, dan diperkirakan bisa mencapai tiga sampai lima kali lebih besar. Di Indonesia sendiri, rework telah diindikasikan sebagai penyebab kedua terutama untuk hilangnya produktifitas pekerja [7], dan merupakan masalah yang sering timbul baik pada pekerjaan desain [8] maupun konstruksi [9]. Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang diberikan cukup besar, maka usaha-usaha untuk mengurangi rework pada tahap konstruksi sangat diperlukan. Namun, pencapaian tujuan ini tidak akan berhasil dengan baik apabila usaha tersebut dilakukan secara sporadis, tanpa mem-pelajari terlebih dahulu penyebab-penyebabnya. Hal ini umum dijumpai pada tahap konstruksi karena, seperti telah dijelaskan di atas, pelaku-pelaku konstruksi menganggap rework merupakan hal yang wajar di suatu proyek, sehingga usaha-usaha yang sistematis untuk mencari penyebab cenderung diabaikan [10]. Akibatnya, usaha-usaha untuk menanggulangi rework mungkin hanya akan menyelesaikan gejalanya saja, dan tidak sampai pada akar permasalahannya. Beberapa penelitian di Australia dan Swedia telah berusaha untuk mengidentifikasikan penyebab dari rework [10,11,12], namun penelitian yang khusus di Indonesia atau Surabaya, menurut pengetahuan penulis, masih jarang atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk secara sistematis mengidentifikasi penyebab-penyebab yang terutama dari rework pada proyek-proyek konstruksi di Surabaya. Selain itu, penelitian ini juga mengusulkan strategi yang dapat digunakan untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya rework. Rework dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pekerjaan-pekerjan dalam fase konstruksi saja. DEFINISI DAN BATASAN REWORK Untuk penelitian ini, kata rework, yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pekerja-an ulang, akan seterusnya dipakai. Beberapa definisi rework menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut. • Rework adalah mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidakcocokkan dengan permintaan [12]. • Rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi [13]. • Rework adalah melakukan pekerjaan di lapang-an lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek [14]. • Rework adalah total biaya di lapangan yang dikeluarkan selain biaya dan sumber daya awal [15]. • Rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, di mana tidak ada change order yang dikeluarkan dan change of scope yang diidentifikasi [16]. Sedangkan batasan atau hal-hal yang tidak termasuk rework adalah [15] • Perubahan scope pekerjaan mula–mula yang tidak berpengaruh pada pekerjaan yang sudah dilakukan. • Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di lapangan. • Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site • Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site • Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempe-ngaruhi aktivitas di lapangan secara langsung diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivi-tas konstruksi. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya seba-gai bagian dari proyek di luar sumber daya, di mana tidak ada change order yang dikeluarkan [17]. Pengertian/definisi ini dirasa paling tepat karena menyertakan batasan bagi terjadinya rework. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK Gambar 1 mengilustrasikan faktor-faktor penyebab rework yang diambil dari literature [10,11,12]. Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi tiga bagi-an, yaitu faktor desain dan dokumentasinya, faktor manajerial, dan faktor sumber daya resources. Faktor yang terkait dengan desain dan dokumen-tasinya biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer konsultan dan pemilik proyek. Sebagai contoh, kesalahan dan permintaan perubahan pada desain yang baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang peker-jaan yang sama [18]. Penelitian ini mengidentifi- Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 24kasikan enam faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya. Kelompok kedua berkaitan dengan faktor-faktor manajerial dan terdiri dari sembilan faktor. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh semua pihak di konstruksi, baik itu pemilik, desainer konsultan, dan/atau kontraktor [19,20]. Kelompok terakhir, faktor sumber daya, berhubungan pekerja dan peralatan proyek, sehingga kontraktor lebih banyak terkait dengan faktor-faktor tersebut. Faktor sumber daya ini biasanya muncul pada fase konstruksi dan terjadi mengakibatkan adanya kesalahan pengerjaan di lapangan. REWORKDesain &dokumentasiManajerialSumberdayaKesalahandesainKurangnyainformasilapanganPerubahandesainDetail tidakjelasKurangnyaconstructabilityKurangnyapengetahuan ttgkarakter bahanBuruknyakoordinasidokumenKurangnyaantisipasi thdkeadaan alamJadwal ygterlalu padatKurangnyakontrolKurangnyateamworkMaterial salahterkirimMaterialterlambatBuruknya alurinformasiPekerja kurangpengalamanPekerja kurangpengetahuanBanyaknyakerja lemburSalah prosedurkerjaSalahkeputusanKurangnyaperalatanGambar 1. Faktor-Faktor Penyebab Rework Perlu dicatat di sini, pengelompokan yang seperti terlihat pada Gambar 1 tidaklah mutlak dan independen satu sama lain. Misalnya, faktor buruk-nya koordinasi antar dokumen desain faktor desain dan dokumentasi dapat disebabkan karena buruknya alur informasi dan kurangnya teamwork dalam proyek faktor manajerial. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini pertama–tama diidentifikasi-kan penyebab-penyebab dari rework dengan meli-hat penelitian-penelitian terdahulu. Gambar 1 merupakan hasil dari studi literatur yang dilaku-kan dan telah dijelaskan sebelumnya. Penjelasan detil untuk masing-masing faktor dapat dilihat dalam [17]. Untuk menentukan penyebab yang utama, peneliti-an ini menggunakan metode kuesioner untuk me-ngumpulkan data yang diperlukan. Penyebab–penyebab yang telah diidentifikasikan di atas ditanyakan kepada responden dengan mengguna-kan skala satu 1 sampai lima 5, dimana semakin besar skala, semakin besar pengaruh faktor tersebut untuk menyebabkan timbulnya rework. Selain penyebab, penelitian ini juga menanyakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya rework. Sebelum dibagikan kepada responden, kuesioner dites lebih dahulu untuk kelayakannya. Kuesioner yang telah final tercantum dalam [17]. Target responden pada penelitian ini ada dua, yaitu kontraktor anggota Gapensi Kodya Surabaya dan konsultan anggota INKINDO Surabaya. Penelitian ini akan membandingkan secara statistik jawaban kontraktor dan konsultan mengenai penyebab-penyebab terjadinya rework. GAMBARAN UMUM RESPONDEN Penelitian ini berhasil mendapatkan 46 responden, yang terdiri dari 20 konsultan dan 26 kontraktor yang berada di Surabaya. Gambar 2 dan 3 menun-jukkan komposisi responden berdasarkan penga-laman kerja mereka. 30%35%20%15%1-5 th 6-10 th 11-15 th > 15 thGambar 2. Komposisi Lama Pengalaman Bekerja Konsul-tan 10%50%40%30%1-5 th 6-10 th 11-15 th > 15 thGambar 3. Komposisi Lama Pengalaman Bekerja Kon-traktor Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 25INTENSITAS REWORK PADA JENIS PEKERJAAN PROYEK Pada analisis intensitas terjadinya rework pada empat jenis pekerjaan yang diteliti pekerjaan pon-dasi, pekerjaan struktur, pekerjaan mechanical/ electrical M/E, dan pekerjaan finishing, didapat-kan hasil seperti terlihat pada Gambar 4. Menurut responden, jenis pekerjaan yang paling sedikit terjadi rework adalah pekerjaan pondasi Hal ini karena biasanya pengerjaan perencanaan pondasi dikerjakan secara lebih serius dan lebih kecil variasinya dibandingkan pekerjaan lainnya. Demi-kian juga dengan pekerjaan struktur, dimana rework jarang terjadi. 0510152025303540paling jarang jarang sering paling seringInte nsita sJumlahPondasi StruktuM/E FinishinGambar 4. Intensitas Terjadinya Rework Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di lain pihak, pekerjaan finishing merupakan jenis pekerjaan dimana rework paling sering muncul. Hal ini sering disebabkan karena terjadinya perubahan permintaan dari pemilik proyek, terutama pada bangunan ruko dan rumah tinggal. Pekerjaan M/E menempati posisi tersering kedua, dimana menurut responden, rework sering terjadi akibat adanya benturan antara pekerjaan M/E dengan jenis pekerjaan yang lain. Benturan antar pekerjaan ini timbul karena kurang baiknya koordinasi antar dokumen desain. Pokok bahasan berikut ini akan menggali lebih dalam penyebab-penyebab ini. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK Tabel 1 menunjukkan hasil analisa terhadap faktor-faktor penyebab rework menurut konsultan dan kontraktor, yang akan dijelaskan menurut kelom-poknya seperti pada table 1. Faktor Desain dan Dokumentasi Pada kelompok faktor desain dan dokumentasinya, faktor kesalahan desain merupakan penyebab terutama munculnya rework dengan nilai rata-rata total 4,28. Kontraktor menempatkan faktor ini di peringkat pertama, dan konsultan pada peringkat kedua. Kesalahan desain ini, yang dapat berupa kesalahan gambar atau perhitungan, umumnya dijumpai pada saat pekerjaan sudah dilaksanakan di lapangan, sehingga terjadilah rework. Tabel 1. Faktor-Faktor Penyebab Rework Faktor-faktor Penyebab Rework aKonsultan Kontraktor Total P-value kesalahan desain 4,30 4,27 4,28 0,73 buruknya koordinasi dokumen 4,60 3,96 4,24 0,04 bperubahan desain 4,25 4,08 4,15 0,83 detail tidak jelas 3,45 3,58 3,52 0,50 kurangnya constructability 3,85 2,96 3,35 0,03 bFaktor Desain dan Dokumen-tasi kurangnya pengetahuan bahan 2,95 2,69 2,81 0,61 kurangnya teamwork 4,20 3,92 4,04 0,57 jadwal yang terlalu padat 3,55 3,69 3,63 0,75 kurangnya kontrol 4,05 3,19 3,57 0,03 bkurangnya informasi lapangan 3,90 3,31 3,57 0,05 bburuknya alur informasi 3,60 3,38 3,48 0,40 material terkirim tidak sesuai 3,45 2,96 3,18 0,42 kurangnya antisipasi keadaan alam 3,05 2,85 2,94 0,75 Faktor Manajerial pengiriman bahan yang terlambat 2,95 2,46 2,68 0,39 pertimbangan yang salah dilapangan 3,95 3,77 3,85 0,45 kurangnya pengalaman pekerja 3,35 3,81 3,61 0,41 bekerja tidak sesuai prosedur 3,75 3,23 3,46 0,16 kurang memadainya peralatan 3,25 3,15 3,20 0,74 kurangnya pengetahuan pekerja 2,75 3,46 3,15 0,08 Faktor Sumber Daya jumlah kerja lembur terlalu banyak 2,30 2,46 2,39 0,30 a Faktor diurutkan berdasarkan nilai rata-rata total di tiap kelompok b Faktor berbeda secara signifikan pada α = 5% Faktor ini kemudian diikuti oleh faktor buruknya koordinasi dokumen desain nilai rata-rata total 4,24, dimana konsultan menempatkannya pada posisi tertinggi, sedangkan kontraktor pada posisi ketiga. Mengenai faktor ini, desain yang dihasilkan oleh konsultan pada dasarnya tidak salah. Yang menjadi masalah adalah adanya konflik antara desain dari disiplin yang berbeda, misal antara desain arsitek dengan desain struktur, atau antara desain struktur dengan desain M/E. Faktor perubahan desain secara keseluruhan ber-ada pada posisi ketiga dengan nilai rata-rata total 4,15. Menurut wawancara, hampir seluruh peru-bahan desain yang terjadi bersumber dari keingin-an pemilik proyek. Seperti halnya faktor kesalahan desain, perubahan yang diinginkan oleh pemilik biasanya baru dikemukakan setelah pekerjaan yang bersangkutan telah dikerjakan di lapangan. Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 26Kontraktor meletakkan faktor ini pada ranking kedua. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan desain dan doku-mentasinya merupakan penyebab yang utama munculnya rework. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mereka yang sebagian besar lebih dari 3,00. Faktor Manajerial Kedua macam responden setuju untuk menempat-kan faktor kurangnya teamwork sebagai penyebab terutama pada kelompok ini. Kurangnya kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek mungkin saja terjadi sebagai akibat sistem procure-ment yang dipakai, di mana pada umumnya yang dipakai di Indonesia adalah sistem tradisional desain-tender-bangun. Sistem tradisional ini telah berulang kali disebutkan sebagai salah satu penyebab utama buruknya koordinasi antara kon-sultan dan kontraktor. Hal ini cukup berbeda dengan sistem procurement yang lebih baru, seperti design and build atau construction management. Bila dilihat nilai rata-ratanya, responden konsultan memberikan nilai lebih tinggi daripada kontraktor 4,20 vs. 3,92 untuk faktor teamwork ini. Penulis berpendapat bahwa untuk kasus ini, konsultan melihat kerja sama antara mereka dengan pihak pemilik. Koordinasi dan komunikasi yang kurang pada awal proyek fase awal desain akan sangat mudah menyebabkan terjadinya perubahan desain, yang kemudian akan menimbulkan rework, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Menurut wawancara dengan salah satu konsultan, tidak mustahil bagi seorang pemilik proyek untuk merubah desain sebanyak lima kali. Selain itu, semakin banyak pihak dari perusahaan yang berbeda yang terlibat dalam proyek misal, subkontraktor, akan semakin sulit untuk melaku-kan koordinasi pekerjaan proyek. Setiap subkon-traktor biasanya memiliki tujuan dan kepentingan sendiri-sendiri terhadap suatu proyek dan mungkin bisa bertentangan satu dengan yang lain. Tanpa adanya koordinasi kerja dan komunikasi yang baik, akan sangat mudah bagi satu subkontraktor untuk melakukan kesalahan pengerjaan di lapangan dan mengakibatkan munculnya rework pada pekerjaan-nya atau pekerjaan subkontraktor lain. Faktor jadwal kerja yang padat memiliki ranking tertinggi kedua dengan nilai rata-rata total 3,63. Untuk faktor ini kedua macam responden memilik kepentingan yang sama, di mana dengan jadwal kerja yang padat, konsultan atau kontraktor pekerja mereka akan bekerja di bawah tekanan waktu sehingga mudah bagi mereka untuk membuat kesalahan pada hasil pekerjaan mereka, yang pada akhirnya akan menyebabkan rework. Faktor-faktor utama yang lain adalah faktor yang berhubungan dengan informasi dan pengawasan di lapangan. Faktor buruknya alur informasi/komu-nikasi, yang menempati posisi kelima, berkaitan dengan faktor teamwork yang telah dijelaskan di atas. Faktor pada posisi ketiga, buruknya kontrol terhadap pekerjaan lapangan, merupakan tang-gung jawab kontraktor, sedangkan faktor kurang-nya informasi tentang keadaan lapangan dapat disebabkan oleh semua pihak, yaitu kurangnya informasi dari pemilik/konsultan ke kontraktor, atau dari kontraktor ke subkontraktor/pekerja. Faktor Sumber Daya Pada kelompok ini, kesalahan pengerjaan di lapangan banyak disebabkan karena pertimbangan atau pengambilan keputusan yang kurang benar oleh pekerja atau kontraktor, dengan nilai rata-rata total 3,85. Faktor tertinggi berikutnya adalah kurangnya pengalaman pekerja, di mana kontrak-tor melihat faktor ini sebagai faktor yang terutama pada kelompok ini. Faktor lain yang utama adalah pekerja tidak mengikuti prosedur kerja yang ada. Seringkali pekerja, tanpa adanya pengawasan yang baik, mengabaikan prosedur dengan mengambil jalan pintas agar memudahkan atau mempercepat pekerjaan mereka. PERBANDINGAN JAWABAN KONSULTAN DAN KONTRAKTOR Tabel 1 di atas juga menyajikan hasil tes statistik t-test untuk melihat adanya perbedaan pendapat antara kontraktor dan konsultan mengenai penye-bab-penyebab rework. Hipotesa awal yang dipakai adalah tidak ada perbedaan antara pandangan konsultan dan kontraktor pada tingkat signifikan α = 5%. Apabila nilai p-value dari hasil tes kurang dari atau sama dengan 0,05, hipotesa awal ini ditolak, yang berarti ada perbedaan pendapat yang signifikan di antara kedua macam responden. Ada empat faktor yang memiliki perbedaan signifi-kan, yaitu desain yang kurang memperhatikan aspek kemudahan pelaksanaan di lapangan constructability, buruknya koordinasi antar doku-men desain, kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dan kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan. Menarik-nya, dari nilai rata-ratanya terlihat bahwa konsul-tan memandang semua faktor ini lebih berpenga-ruh daripada kontraktor. Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 27FASE MUNCULNYA PENYEBAB REWORK Pada bagian ini, responden diminta untuk mem-berikan pendapat mengenai fase proyek desain, konstruksi, atau keduanya di mana penyebab rework tersebut di atas paling sering muncul. Gambar 5 menunjukkan jawaban dari kontraktor dan konsultan. 05101520RespondenKonsultan497Kontraktor9215Desain Konstruksi KeduanyaGambar 5. Fase Munculnya Penyebab Rework Sebagian besar responden kontraktor 58% berpen-dapat bahwa kedua fase proyek desain dan konstruksi mempunyai peluang yang sama dalam menyebabkan timbulnya rework, sedangkan sekitar 35% 9 orang yang lain menyebutkan bahwa fase desain lebih menyebabkan rework dibandingkan fase konstruksi 8%. Di lain pihak, responden konsultan menyebutkan bahwa fase konstruksi merupakan penyebab teru-tama terjadinya rework 45%. Dapat dikatakan bahwa konsultan cenderung melihat rework meru-pakan hasil kesalahan pengerjaan di lapangan. Sedikitnya jumlah responden yang memilih fase desain 20% semakin memperkuat argumen ini. CARA EFEKTIF MENGURANGI REWORK Penelitian ini menyajikan enam macam cara yang dapat digunakan untuk mengurangi rework, kemu-dian meminta responden untuk memilih dan mengurutkan tiga cara yang menurut mereka paling efektif. Tabel 2 menunjukkan hasil analisa ranking dari keenam cara tersebut. Kedua macam responden setuju bahwa cara yang paling efektif untuk mengurangi rework adalah dengan meningkatkan komunikasi yang baik. Hal ini tentunya berkaitan dengan penyebab rework utama, yang telah dibahas di atas. Sebagai contoh, buruknya koordinasi dan juga kesalahan dalam dokumen desain dapat ditekan dengan membuat jalur koordinasi dan komunikasi yang baik pada fase desain [21], sehingga permasalahan desain ini dapat dideteksi dan dikoreksi sebelum masuk ke fase konstruksi. Hal ini tentu saja harus berlaku juga pada fase konstruksi, di mana seperti telah disinggung di atas, semakin banyak partisipan yang terlibat akan semakin penting koordinasi dan ranking komunikasi yang baik diantara partisipan proyek. Tabel 2. Cara Efektif Mengurangi Rework Rangking Cara Menurut Konsultan dan Kontraktor 1 Meningkatkan komunikasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun antara pemilik, desainer konsultan, kontraktor, subkontraktor, dan supplier 2 Memperkirakan semua bentuk perubahan dan kesalahan desain sehingga dapat dilakukan pencegahan. Hal ini dilakukan pada fase desain. 3 Ikut menyertakan kontraktor pelaksana dalam proses desain awal 4 Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja 5 Meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan yang berkualitas 6 Memperkecil perbandingan antara jumlah mandor dengan pekerja Cara efektif kedua masih berkaitan dengan faktor desain, yaitu dengan memperkirakan perubahan dan kesalahan yang dapat terjadi pada desain. Diharapkan bahwa usaha ini tidak hanya ditujukan pada faktor teknis, tetapi juga non-teknis, seperti faktor manusia, manajerial dan organisasi [21]. Pada saat ini penulis sedang berusaha membuat pendekatan secara kuantitatif yang dapat meng-ikutsertakan faktor-faktor non-teknis untuk mem-perkirakan jenis kesalahan pada desain. Cara lain yang juga efektif menurut responden adalah dengan ikut menyertakan kontraktor pelak-sana dalam proses disain awal. Namun menurut beberapa orang yang telah diwawancarai, cara ini sangat sulit dilakukan karena biasanya kontraktor hanya ditentukan setelah proses disain selesai dan ada anggapan bahwa kontraktor tidak boleh ikut dalam proses disain, meskipun sebenarnya dengan cara ini rework dapat diminimalkan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dengan sistem procurement tradisional yang umumnya dipakai di sini. KESIMPULAN Meskipun rework tidak dapat sepenuhnya dihindari dari dunia konstruksi, usaha-usaha untuk mengu-rangi atau mencegah terjadinya rework yang sama harus dilakukan mengingat dampak yang diakibat-kan cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Makalah ini telah menyajikan suatu penelitian untuk menyelidiki faktor-faktor penyebab rework dan juga cara yang efektif untuk menguranginya menurut konsultan dan kontraktor di Surabaya. Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 28Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerja-an yang paling sering terjadi rework adalah finishing dan M/E. Faktor desain, seperti kesalah-an, buruknya koordinasi, dan perubahan desain mendapat perhatian dari responden sebagai penye-bab yang utama. Penulis akan melaporkan hasil penelitian tentang dokumen desain pada makalah yang akan datang. Pada kelompok faktor manajerial, responden mengatakan faktor kurangnya teamwork, jadwal kerja yang telalu padat, dan buruknya alur komunikasi adalah faktor yang utama. Sedangkan pada faktor sumber daya, pengambilan keputusan yang salah dan kurangnya pengalaman pekerja diidentifikasikan sebagai penyebab utama pengerja-an yang salah di lapangan sehingga terjadi rework. Untuk dapat mengurangi rework, responden memilih memperbaiki dan meningkatkan komuni-kasi dan koordinasi semua pihak yang terlibat dalam proyek sebagai cara yang paling efektif. Hal ini harus dilakukan baik pada fase desain maupun konstruksi. Selain itu rework juga dapat dikurangi dengan mengatasi masalah pada fase desain sebelum masuk ke fase berikutnya. Pemeriksaan desain design review secara berlapis dua atau tiga kali dan penjelasan awal pemilik proyek yang jelas dan lengkap adalah beberapa cara yang dapat digunakan. Akhirnya, penelitian ini hanya mempelajari rework berdasarkan pendapat responden melalui kuesio-ner. Akan lebih menarik apabila penelitian yang akan datang dapat mempelajari rework dengan meninjau langsung studi kasus di lapangan, dan kemudian membandingkan hasilnya dengan pene-litian yang disajikan di sini. DAFTAR PUSTAKA 1. Chan, and Kumaraswamy, A Comparative Study of Causes of Time Overruns in Hong Kong Construction Projects, International Journal of Project Management, 151, 1997, pp. 55-63. 2. Love, Influence of Project Type and Procurement Method on Rework Cost in Building Construction Projects, Journal of Construction Engineering and Management, 1281, 2002, pp. 18-29. 3. Abdul-Rahman, H., The Cost of Non-confor-mance during a Highway Project A Case Study, Construction Management and Economics, 13, 1995, pp. 23-32. 4. Burati, Farrington, and Ledbetter, Causes of Quality Deviations in Design and Construction, Journal of Construction Engineering and Management, 1181, 1992, pp. 34-39. 5. Barber, P., Sheath, D., Tomkins, C., and Gra-ves, A., The Cost of Qaulity Failures in Major Civil Engineering Projects, International Jour-nal of Quality and Reliability Management, 174/5, 2000, pp. 479-492. 6. Love, Auditing the Indirect Conse-quences of Rework in Construction A Case Based Approach, Managerial Auditing Journal, 173, 2002, pp. 138-146. 7. Kaming, Olomaiye, Holt, and Harries, Factors Influencing Craftsmen’s Productivity in Indonesia, International Journal of Project Management, 151, 1997, pp. 21-30. 8. Dewayanti, L., dan Lydia, Pandangan Konsul-tan Perencana Mengenai Kualitas Dokumen Desain dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi-nya, Skripsi, Universitas Kristen Petra, Indone-sia, 2004. 9. Santoso, R., Tingkat Kepentingan dan Alokasi Resiko pada Proyek Konstruksi, Tesis, Univer-sitas Kristen Petra, Indonesia, 2004. 10. Love, Wyatt, and Mohamed, S., Understanding rework in construction, Procee-dings of the International Conference on Construction Process Re-engineering, Gold Coast, Australia, 1997, pp. 269-278. 11. Love, and Li, H., Quantifying the Causes and Costs of Rework in Construction, Construc-tion Management and Economics, 184, 2000, pp. 479-490. 12. Josephson, PE., Larsson, B. and Li H., Illus-trative Benchmarking Rework and Rework Costs in Swedish Construction Industry, Journal of Management in Engineering, 182, 2002, pp. 76-83. 13. Construction Industry Development Agency CIDA. Measuring Up or Muddling Tough Best Practice in the Australian Non-Residential Construction Industry, CIDA and Masters Builders Australia, Sydney Australia, 1995. 14. Love, Holt, Shen, Li, H., and Irani, Z., Using systems dynamics to better understand change and rework in construction project management systems. International Journal of Project Management, 20, 2002, pp. 425-436. Andi, et al. / Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi / CED, Vol. 7, No. 1, 22–29, March 2005 2915. Field Rework Reasearch Team RT-153, An investigation of field rework in industrial construction, 2001 16. Fayek, Dissanayake, M., Campero, O., Wolf, H., & Van Tol, A., Measuring and classifying construction field rework A pilot study, 2002 17. Winata, S. dan Hendarlim, Y., Studi Mengenai Faktor-Faktor Penyebab Rework pada Proeyk-Proyek di Surabaya, Skripsi, Universitas Kristen Petra, Indonesia, 2004. 18. Andi and Minato, T., Design Document Quality in the Japanese Construction Industry Factors Influencing and Impacts on Construction Process, International Journal of Project Management, 21, 2003, pp. 537-546 19. Atkinson, A., Human Error in the Management of Building Projects, Construction Management and Economics, 16, 1998, pp. 339-349. 20. Alarcn, and Mardones, Improving Design-Construction Interface, Proceedings of the 6th Annual Meeting of the International Group for Lean Construction, Guarujá, Brazil, 1998. 21. Andi and Minato, T., Representing Causal Mechanism of Defective Designs A System Approach Considering Human Errors, Con-struction Management and Economics, 21, 2003, pp. 297-305. ... By knowing which causal factors are important, it is hoped that the appearance of rework can be reduced or even eliminated in construction work. Several studies have been conducted to determine the factors causing the rework [6][7][8]. however, this research is general or not specific for structural, finishing, and mechanical, electrical and plumbing MEP works. It is argued that frequent factors causing specific construction work may be different. ...... In line with the previous study [6], in this paper rework is defined as an activity in the field that must be done more than once, or an activity that eliminates work that has been done previously as part of a project. This definition is considered to be the most appropriate because it includes a limitation for the occurrence of a rework described previously [6]. ...... In line with the previous study [6], in this paper rework is defined as an activity in the field that must be done more than once, or an activity that eliminates work that has been done previously as part of a project. This definition is considered to be the most appropriate because it includes a limitation for the occurrence of a rework described previously [6]. Table 1 shows the factors causing the rework taken from several sources [5,6,[13][14][15][16]. ... Andi AndiJani RahardjoFendy FendyRework can bring negative effect to construction project. This research aims to identify the importance level of factors causing reworks in structural, finishing, and mechanical, electrical and plumbing MEP works by a way of importance performance analysis IPA. In order to reach this objective, the research evaluates the degree of occurrence the factors in each type of works and analyzes the level of difficulty in preventing the occurrence of the factors. The results are based on questionnaire survey, involving general and MEP contractors in Surabaya. Design related factors are the most frequent and most difficult to prevent in structural and finishing works. In MEP works, the most frequent factors are tight construction duration and unclear instructions from owner and designer; whilst insufficient owner’s capital is the most difficult to prevent. The research finds two factors that have high importance level, design changes and insufficient detail drawings.... Person or legal entity that receives and organizes work according to the cost of available buildings and carries out in accordance with the specified regulations and requirements as well as predetermined shop drawing. Andi et al. 2005 states that the factors causing rework are grouped into three sections, namely the design and documentation factors, managerial factors, and resource factors. Factors associated with the design and documentation are generally more related to the design process that involves designers consultants and the project owner. ...... Factors associated with the design and documentation are generally more related to the design process that involves designers consultants and the project owner. Andi et al. 2005 identified six factors associated with the design and documentation. The second group of factors related to managerial and consists of seven factors. ...... The last group is resource factors, which associated with the labor and equipments, so that the contractors are more associated with these factors. Resource factors usually appear at the construction phase and result in an error of project execution in the field Andi et al, 2005. ...The operation of a building construction project should be carried out through a specific management system. Construction project must also have a definite schedule and implementation plan. The general impact that would occur if the construction is not accordance with the schedule and plan is that the delays in project realization which would increase the cost of implementation. One of the factors causing such delays is due to the reworking activities on one or more items of the construction process. The purpose of this study is to determine the factors that cause rework on the building construction projects in the Department of Highways and Settlements in Aceh Province. The research methodology is descriptive qualitative to descriptive quantitative that explains the processed data based on the calculation of numbers. The instrument of this research was a questionnaire that asked to 55 respondents, consisting of 16 project owners, 23 contractors and 16 supervising consultants. This study was conducted to see the main factors of the rework on building construction projects. The results showed that a major cause of the rework in term of design and documentation was the unclear detail and the changed design; in term of managerial factors is lack of control of the project owner; and materials arrived late and the lack of working experience were major causes of rework in term of resource factors. It is recommended to the Highways Agency and Human Settlements in Aceh Province to tighten control over the project consultants and contractors to pay attention to the managerial problems and procurement of materials in accordance with schedule and work volume.... There are many researches on the occurrence of changes during a construction period. Based on previous researches, there are 31 factors causing design changes [6,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20]. These factors can be divided into two major groups internal and external. ...... The advances of technologies have three factors that consist of ineffective use of information technology IT; new construction methods and new materials. Third parties have two factors that consist of complaints from neighborhood; the changes made as the request of an end user/regulator body [6,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20]. These abovementioned factors, identified from previous researches, were used as basic references to develop a questionnaire. ... Gde Agung YanaRusdhi Mochamad Agung WibowoChanges in construction projects are always going to happen and cannot be avoided. Changes causes disruption of performance of construction projects, especially time and cost performance. Many factors can be the cause of changes in construction projects, one of the most influential factor is design change. This study examines the most influential that affect to the design changes in the construction of projects. The influential factors of design changes can be classified into two groups. The internal factors consist of owner, design consultant, construction management consultant, and contractor, while the external factors involve political and economic, the natural environment, advance of technology, and the third-party. The research method employed a questionnaire survey consisting of 31 questions about the occurrence of design changes during the construction of projects, which was distributed to the managers of the construction project. The data was analyzed using Partial Least Square PLS. The finding shows that the owner is the greatest influential factors on the occurrence of the design changes. The subsequent factors are the design consultant, construction management consultant, political and economic, the natural environment, contractors, third parties, and the advance of technology, which are indicated by the values of the loading factor 0,884, 0,859, 0,846, 0,771, 0,577, 0,523, 0,328, 0,255 respectively. This finding can provide useful information for practitioners to reduce the occurrence of design changes on construction of projects, as well as to improve the performance of the construction projects.... Moreover, in Indonesian construction projects, only 75% of working time is value adding activities, human resources empowerment only 67%, and project completion percentage only 87% from all projects activities Larasati and Watanabe, 2009;Alwi, 2013. In addition, waste of non-value adding activities are still considered as common things for most of construction project's stakeholder and were not need to have any root-cause solution Andi et al., 2005. ...The lean construction frameworks have been developed for years to enhance the poor performance of Indonesian project delivery system which influenced by the waste of non-value adding activities. Never the less most of the developments were limited on working process and lack in people empowerment. Toyota Way which integrate working process optimization and people empowerment, was developed as a lean construction frame works. This paper aimed to assess the implementation of Toyota Way principles in project delivery system by observing project’s delivery current state status quo. The assessment began by conducting a questionnaire survey about Toyota Way implementation which then validated by interview with involved stakeholders and field observation. The assessment showed that project’s stakeholders were still unfamiliar with Toyota Way concept. Although some Toyota Way guidelines have been used in projects completion process such as visual management and training program, it found that those guidelines had not fully implemented. The project delivery system was lack of process focus and concerns more on relationship inter-parties. It also found thatToyota Way implementation will constrained by the difficulties to change the status quo of project delivery. Moreover, it seems that construction projects need practical guidelines to simplify the Toyota Way implementation in project delivery system such as project flow evaluation and system of reflection.... The information may include changes in design, scope and shop drawings. The results are in line with the previous findings in Indonesia and other countries, which reported design related risks as critical and major sources of construction claims and disputes [11,12,13,14,15,16]. On the other hand, owners note that slow payment to contractor is the most frequent cause of construction delay in all structural works. ... Andi AndiD. LalitanV. R. LoanataA construction project comprises of a number of work packages, which are subjected to delays. These delays may be caused by many on-site factors. The aim of this research is to represent owner and contractors perceptions towards delay factors that frequently occur in structural and finishing works. Data for analysis were gathered by distributing questionnaire. A total of 198 sets of questionnaire were gathered and used for subsequent analyses. In general, design changes during construction are perceived by respondents as the most frequent factor to cause delay in all structural and finishing works. The results also show that there are a number of differences between owner’s and contractor’s perceptions towards the occurrences of the factors. Whilst most contractors concern that information factors related to project design and scope frequently causing delays in construction works, owners consider many contractor originated factors, as most frequent delay umum seperti yang kita ketahui, bahwa rework merupakan suatu pekerjaan ulang yang dilakukan oleh pihak kontraktor, di mana pihak owner tidak bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan untuk rework tersebut, karena murni kesalahan dari pihak penelitian telah mengungkapkan tentang penyebab rework, yang menghasilkan penelitian tentang penyebab rework dari segi faktor desain dan dokumentasi, faktor manajerial, faktor sumber daya. Hampir semua penelitian tersebut hanya menghasilkan faktor-faktor penyebab rework saja, dan tidak menghasilkan penelitian tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan penyebab rework tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyelesaian masalah penyebab rework pada proyek konstruksi gedung bertingkat di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metoda AHP Analytical Hierarchy Process, tahapannya dimulai dari kuesioner, matrik perbandingan dan Prority Vector. Sebelum masuk ke dalam metode AHP, ditentukan dulu kriterianya yang mewakili secara keseluruhan dari identifikasi penyelesaian masalah rework nya, kriteriannya yaitu mutu, biaya dan waktu. untuk kuesionernya membutuhkan 30 responden, masing-masing proyek diberikan 5 responden dimulai dari pimpinan proyek sampai dengan pengawas proyek, yang pengalamannya diatas lima tahun. Pada saat pembuatan kuesioner yang didalamnya terdapat kriteria mutu, biaya dan waktu, dengan variabel solusi identifikasi rework yang berjumlah 53 lima puluh tiga, maka terbentuklah pada setiap variabelnya, terdapat 8 delapan pertanyaan, sehingga dijumlahkan menjadi 146 seratus empat puluh enam pertanyaan, karena tidak memungkinkan peneliti merangkum menjadi 57 lima puluh tujuh pertanyaan, dengan mengutamakan 3 tiga peringkat tertinggi dari masing-masing penyebab rework yaitu dari segi desain dan dokumentasi adalah kesalahan desain, buruknya koordinasi dokumen, perubahan desain. Kemudian dari segi manajerial adalah kurangnya team work, jadwal yang terlalu padat, kurangnnya kontrol. Dan dari segi sumber daya adalah salah keputusan, pekerja kurang pengalaman dan pengetahuan, kurangnya peralatan. Disarankan untuk pengguna jasa owner dan penyedia jasa kontraktor untuk memperhatikan tiga peringkat tertinggi tersebut, agar dapat meminimalisir faktor V. AryantoL S R SupriadiY LatiefRailroad construction works are common in developing or developed countries throughout the world. Railroad construction work is a complex project. Inside, there are work activities that can be disrupted due to work accidents. Work accidents that occur can be detrimental to the project. Therefore, to prevent accidents, it is necessary to develop a WBS dictionary and checklist on railroad work for OHS planning. The need for a standardized WBS dictionary and checklist of WBS in preventing work accidents is very important. This study discusses OHS planning by developing a WBS dictionary and checklist on railroad work using expert validation methods and interviews using a questionnaire with descriptive statistical analysis of data. With the development of the WBS dictionary and checklist for OHS planning, project stages will be obtained in detail that can be used to analyze work packages, specified methods, activities, and resources. So that it can reduce and even nullify the risk of work accidents zero accidents in the implementation of construction Immanuel Bambang Endro Yuwonospan> Construction project implementation mostly faced by rework. Rework couldn’t be avoided and is experienced in a construction world. Rework is defined as all physical work of construction committed more than once or re-work which is done by contractor in the implementation stage, and or an activity to eliminate works that have been done before as a part of construction project out of resource context, where there is no change order and making up the cost from the owner. Rework could give a bad impact to performance, work productivity, and cost directly or indirectly having it has a quite significant consequences. By considering the bad impact obtained has far-reaching consequences, hence efforts to reduce the occurrence of rework in construction project stage is highly needed. This research was conducted to prove the maturity of Shop Drawing as a Determinant of Rework Project Construction of Multilevel Buildings Research carried out by using questionnaires. Respondents at the main survey stage were shown to contractors who were carrying out multistorey construction projects in the DKI Jakarta and surrounding areas. Respondents who filled in the Project Manager questionnaire were 3 people, 7 Site Managers, 5 Supervisors, 6 Quality Controls, 4 Engineering staff. In this study, data analysis techniques are determined using the AHP Analytical Hierarchy Process method, aiming to determine the dominant factors ranking of the factors that cause rework in construction work to prove the maturity of Shop Drawing As Determine Project Rework Construction of multistorey buildings. The results of this study indicate that the maturity of shop drawings greatly determines the occurrence of rework in multistorey building projects. Pembangunankapal tersebut didahului dengan peletakan lunas, kemudian konstruksi gading-gading atau rangka, geladak, anjungan, dan kulit kapal. Ketika konstruksi tersebut telah selesai, maka kapal akan diluncurkan ke laut, selanjutkan akan dilakukan finishing pada tahap akhir. Konstruksi pada kapal memiliki peranan yang sangat penting.

Design vs conception Certains parmi vous trouveront cette question absurde, l’un étant la traduction française de l’autre. Mais ce n’est pas la première fois que nous nous attribuons un mot anglais en changeant son sens basket, puzzle, boomer… C’est certain un mot anglais employé d’un côté ou de l’autre de la Manche aura parfois un sens différent. Mais alors, que signifie le terme ? Le terme design est entré dans la langue française comme une manière de caractériser l’esthétique et la beauté d’un objet. On entendra alors dire Ce canapé est design ». Cela le ramène à quelque chose de très subjectif alors que le travail de design est plutôt la recherche d’une vérité objective. Le design n’est en aucun cas une finalité, mais un processus de résolution de problèmes aboutissant à la construction d’un objet, d’une pièce, d’un événement… Il permet de répondre à un besoin. Le cas du design produit Dans le cas du design produit, la réflexion se porte sur l’environnement du produit, et son usage tout au long de son cycle de vie. On imagine alors comment mettre en œuvre toutes les fonctions attendues dans le produit. Cette démarche est bien plus globale que la simple recherche d’esthétisme. Le design, indissociable de la conception ? Attention ! La transition de l’un à l’autre peut être brutale car la conception vous entraîne dans les rouages d’un produit Nous parlions de formes, nous parlerons dorénavant de nervures, d’épaisseurs et d’angles de dépouille. Nous parlions de mouvements, nous parlerons maintenant de paliers lisses, de roulements et de butées. Nous parlions de matériaux, nous parlerons de traitements de surface, de coefficient de retrait et de taux de chargement en fibre de verre. Vous l’avez compris, la conception est la partie immergée de l’iceberg la partie technique qui lui permet de flotter sans que personne à la surface ne s’en aperçoive ! La conception a le pouvoir de concrétiser un design. Bref, l’un ne va pas sans l’autre, et ça, les anglophones l’ont bien compris !

Kelebihanmenggunakan jasa borongan atau harian aluminium adalah lebih tahan lama, tidak mudah berkarat, tahan terhadap rayap, biaya perawatan yang murah, lebih kuat namun ringan, dan desain yang lebih modern. Jika anda ingin membuat rak, kusen, jendela atau pintu dari aluminium, kami siap membantu anda dengan tukang aluminium kami yang

Misalkan Anda ingin memulai proyek konstruksi. Dalam hal ini, Anda dapat memilih antara menunjuk konsultan desain multi-disiplin terlebih dahulu dengan proses tender-desain konstruksi atau langsung menunjuk spesialis pembuat desain–biasa dikenal sebagai kontraktor di Indonesia–dari awal. Pilihan yang sama juga tersedia untuk setiap proyek fisika bangunan, baik itu akustik arsitektur, kontrol kebisingan, pencahayaan, atau proyek desain pasif. Design-tender-construction–atau ada yang menyebutnya design-bid-construction–sebenarnya adalah prosedur yang lebih umum dalam proyek konstruksi di mana Anda menunjuk konsultan atau desainer untuk melakukan proses desain dari tahap awal. Setelah desain selesai, Anda dapat mengundang pembangun umum atau spesialis untuk menyiapkan penawaran konstruksi. Oleh karena itu, kutipan untuk desain berbeda dengan untuk konstruksi. Sementara itu, design-and-build adalah metodologi proyek konstruksi di mana Anda dapat menunjuk seorang pembuat desain untuk melakukan desain dan konstruksi proyek Anda. Dengan kata lain, ini adalah model proyek konstruksi satu atap. Di sini, umumnya, pembuat desain akan melaksanakan pekerjaan berdasarkan tanggung jawab dan harga yang telah disepakati sebelumnya. Dengan mengingat hal itu, pembuat desain sering kali memasukkan semua risiko finansial yang akan mereka tanggung ke dalam penawaran mereka. Proyek dengan disiplin khusus, seperti proyek fisika bangunan, seringkali membutuhkan desain atau solusi yang sangat spesifik untuk menangani kasus, terutama yang sangat kompleks dan sulit diselesaikan. Ketika Anda perlu membangun tempat konser dengan akustik yang sangat baik, misalnya, Anda pasti membutuhkan konsultan untuk merumuskan desainnya. Mengandalkan pembuat desain untuk merancang tempat yang sangat kompleks ini jelas bukan pilihan yang baik. Di sini, kompleksitas tidak selalu berarti ukurannya relatif besar. Studio musik seluas 16 meter persegi, misalnya, menuntut desain yang komprehensif untuk mencapai kualitas suara yang tinggi. Di sisi lain, banyak proyek fisika bangunan lainnya juga dapat diselesaikan dengan hanya menyewa seorang pembangun desain. Itu adalah proyek yang jauh lebih sederhana atau tidak memerlukan proses desain yang sangat detail. Di sini kami merangkum keuntungan dari setiap metodologi yang akan memandu pertimbangan Anda dalam memilih konsultan atau pembuat desain untuk proyek Anda. Keuntungan menunjuk konsultan 1. Terlibat dengan konsultan di awal akan mendiagnosis masalah dengan lebih baik. Perbedaan paling signifikan antara konsultasi dan desain-dan-bangun terletak pada kenyataan bahwa desain akan menawarkan pengukuran dan analisis yang lebih menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah. Berdasarkan metodologi yang telah ditetapkan dan alat ukur yang lebih kuat, konsultan dapat mengembangkan diagnosis yang lebih baik untuk membantu mereka dengan solusi yang lebih akurat. Untuk seseorang yang mencari layanan desain-dan-bangun, masalahnya sering didiagnosis berdasarkan pengamatan dan pengukuran sederhana. Dalam beberapa kasus, alat pengukur bahkan tidak sering dikalibrasi. Semua ini dapat menyebabkan prognosis yang salah. 2. Konsultasi akan memberikan desain dan kinerja yang lebih baik dengan anggaran yang terkendali. Fakta bahwa pembuat desain harus datang dengan anggaran proyek pada proposal biaya – bahkan dalam tenggat waktu yang ketat – membuat mereka tidak mau melakukan analisis mendalam sebelum mengembangkan desain yang mereka usulkan. Keengganan itu bertambah karena ketidakpastian apakah perancang akan ditunjuk setelah mereka mengusulkan desain. Sementara itu, dengan perangkat lunak analitik prediktif khusus yang andal, seorang konsultan dapat melakukan pemodelan, simulasi, atau perhitungan untuk menyajikan pratinjau, auralisasi, dan kinerja prediktif untuk memilih desain terbaik sesuai anggaran yang Anda inginkan. Simulasi komputer dapat membantu konsultan mendapatkan wawasan yang lebih baik dalam memprediksi implementasi desain yang diusulkan di dunia nyata. Selain itu, dengan pelatihan bertahun-tahun dan keterampilan yang sangat khusus, konsultan akan memiliki pengetahuan tentang standar dan persyaratan terbaru, bahkan yang tidak tertulis tetapi akan membawa desain mutakhir ke kamar atau bangunan Anda. 3. Melibatkan konsultan sejak awal sebenarnya menghemat biaya. Desain yang lebih baik dan lebih akurat berarti solusi yang kurang berisiko. Desain yang tidak direncanakan dengan baik dapat menghasilkan hasil yang tidak memuaskan. Ini seringkali menjadi lebih mahal daripada jika Anda mengandalkan konsultasi sebelum konstruksi dimulai. Hasil yang buruk akan membutuhkan penyesuaian lebih lanjut atau, lebih buruk lagi, renovasi total. Bahkan ketika Anda memiliki anggaran yang ketat, konsultan juga dapat memberi tahu Anda di mana menghemat uang tanpa mengorbankan banyak desain yang mereka inginkan. Selain itu, sebagian besar pembuat desain akan ragu-ragu untuk memulai desain terperinci apa pun sebelum mereka dipekerjakan secara resmi. Dengan demikian, Anda akan kesulitan untuk memeriksa harga karena pembuat desain yang berbeda akan mengembangkan desain yang berbeda. Berbeda dengan jalur desain-dan-bangun, ada proses tender dalam metodologi desain-lelang-konstruksi setelah konsultan mengembangkan desain sepenuhnya. Dengan demikian, Anda akan memiliki kebebasan untuk memilih harga terbaik untuk tahap konstruksi. Harga yang ditawarkan oleh pembuat desain dapat meningkat ketika ada masalah yang sangat kompleks karena mereka akan mengenakan biaya lebih untuk menutupi tingkat risiko tinggi yang harus mereka tangani. Biaya konsultasi hanyalah sebagian kecil dari biaya proyek. Mempertimbangkan seberapa besar risiko yang dapat Anda kurangi dengan konsultasi, biaya yang Anda bayarkan untuk seorang konsultan cukup berharga. 4. Tidak hanya bagian teknis, konsultan juga mempertimbangkan parameter lainnya. Konsultan juga akan mempertimbangkan parameter lain, seperti ergonomi, dampak lingkungan, dan estetika yang biasanya tidak dipertimbangkan oleh pembuat desain. Kita semua setuju bahwa desain yang kuat membutuhkan waktu, karena harus spesifik untuk ruangan, bangunan, atau area yang ingin Anda rawat. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin pembuat desain dapat membuat analisis ekstensif dalam proposal mereka sebelum mereka dipekerjakan. Poin plus yang akan Anda dapatkan ketika Anda mengandalkan konsultasi desain yang ekstensif sangat besar. Misalnya, jika Anda menyewa seorang desainer pencahayaan, Anda pasti berinvestasi dalam desain yang berkontribusi pada fungsinya dan peningkatan produktivitas yang akan Anda nikmati. Lebih banyak manfaat ditambahkan jika Anda menyewa konsultan multidisiplin. Konsultan dengan berbagai spesialis dalam tim mereka menawarkan analisis yang lebih ekstensif yang jelas akan membantu Anda mencapai desain yang hebat dan tidak terlalu berisiko. 5. Konsultan tidak bergantung pada merek apa pun. Biasanya, pembuat desain memiliki beberapa kemitraan kontrak dengan produsen. Oleh karena itu, mereka akan cenderung menentukan produk tertentu, yang dalam beberapa kasus dapat membahayakan kinerja. Sebaliknya, karena konsultan secara profesional harus tetap independen dari kepentingan bisnis apa pun, mereka berkewajiban untuk memberikan desain yang berkinerja terbaik dengan investasi serendah mungkin. Dengan demikian, mereka dapat dengan bebas memilih produk apa saja yang sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan dan keinginan Anda. Dengan konsultan yang terlibat dalam sebuah proyek, mereka juga bekerja sebagai reviewer dan penasihat independen untuk membantu Anda mengawasi pekerjaan konstruksi. Ini akan menghindari perubahan spesifikasi atau cacat yang akan mengganggu kinerja. Dengan proses desain-dan-bangun, sulit bagi Anda untuk mengawasi proyek karena Anda mungkin tidak memiliki keahlian dan pengalaman yang sama seperti yang dilakukan konsultan untuk mengawasi proyek yang dilakukan oleh pembuat desain. 6. Konsultasi lebih fleksibel. Ketika Anda memilih untuk kontrak desain-dan-bangun daripada konstruksi tender-desain, mungkin sulit untuk mengubah desain atau anggaran karena Anda telah menyetujui desain yang diusulkan dalam kutipan pembuat desain. Perubahan apa pun bisa jauh lebih mahal daripada jika Anda menunjuk konsultan. Seperti yang kita ketahui, mengubah pikiran jauh lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan desain-dan-bangun. Keuntungan menunjuk seorang pembuat desain 1. Desain-dan-bangun menawarkan satu titik kontak. Jika Anda berurusan dengan proyek kecil, seperti memblokir kebisingan yang datang dari rumah tetangga Anda, dan menginginkan jalur komunikasi yang lebih sederhana, Anda mungkin perlu mempertimbangkan untuk menyewa seorang pembuat desain. Dengan pembuat desain mengambil tanggung jawab keseluruhan proyek Anda, lebih mudah bagi Anda untuk mengawasi proyek dengan satu titik kontak. Dengan cara ini, akan ada lebih sedikit kemungkinan miskomunikasi yang mencegah Anda dari banyak sakit kepala selama proses tersebut. 2. Desain-dan-bangun akan mempersingkat waktu proyek Anda. Dengan menyewa pembuat desain, Anda tidak perlu lagi melakukan tender karena mereka akan mengatur semua pembelian dan konstruksi. Ini berarti Anda berpotensi menghemat banyak waktu. Dalam proyek kecil, pembuat desain cenderung tidak melakukan proses desain ekstensif yang akan mengurangi lebih banyak waktu proyek Anda. Mereka akan mengusulkan solusi tepat ketika mereka membagikan kutipan dengan perincian tentang bahan apa yang akan mereka pasang. Dengan kata sederhana, Anda akan melihat solusi atau desain mereka bahkan sebelum Anda mempekerjakan mereka. Bahkan untuk proyek yang lebih kompleks, beberapa pembuat desain mungkin hanya menawarkan desain konseptual dalam proposal teknis mereka untuk mengisyaratkan solusi atau desain yang akan mereka berikan. Setelah menandatangani kontrak, mereka kemudian memulai pengembangan desain. Dengan cara ini, waktu proyek masih akan berkurang secara signifikan dibandingkan dengan metode desain-tender-konstruksi tradisional karena kemungkinan melakukan pengembangan desain dan pembelian material secara bersamaan. 3. Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan biaya proyek. Ya, ini adalah manfaat paling menarik dari mempekerjakan pembuat desain. Anda dapat melihat proposal teknis dan komersial sebelum Anda memutuskan untuk mempekerjakan mereka. Harga penawaran mereka tidak akan berubah selama pekerjaan yang mereka lakukan tetap sesuai dengan proposal atau desain teknis yang telah disepakati. Dengan mengambil rute desain-dan-bangun, Anda akan memiliki biaya yang tepat untuk proyek Anda sebelum Anda menyewa seorang pembuat desain. Namun, bukan berarti jalur ini menawarkan alternatif yang lebih murah daripada metode rancang-lelang-konstruksi. Seperti disebutkan sebelumnya, pembuat desain sering memasukkan risiko keuangan dalam kutipan mereka dan tidak melaksanakan rekayasa nilai secara komprehensif seperti yang dilakukan konsultan. Jika Anda memiliki proyek yang kompleks, pembuat desain tidak mungkin menemukan solusi atau desain yang paling ramah kantong untuk Anda. Namun, untuk proyek yang tidak terlalu rumit, desain-dan-bangun mungkin lebih cocok untuk Anda. Ringkasan Memilih metode terbaik untuk proyek fisika bangunan Anda sangat bergantung pada jenis proyek Anda dan apa yang Anda anggap penting. Jika Anda memiliki proyek yang sangat rumit, Anda disarankan untuk menunjuk konsultan sejak awal proyek. Jika Anda tidak tahu seberapa sulit proyek Anda, Anda dapat bertanya kepada konsultan dan pembangun desain atau meminta saran dari ahli bangunan. Jika Anda membutuhkan kendali penuh atas anggaran Anda, mungkin yang terbaik bagi Anda untuk menyewa seorang pembuat desain. Sekali lagi, itu tidak selalu berarti Anda akan mendapatkan metode yang lebih murah. Jika Anda ingin fokus pada keindahan dan kualitas desain, menyewa konsultan mungkin jawabannya. Jika Anda tidak punya waktu untuk memantau atau terlibat dalam proses desain dan tender yang panjang, memilih design-and-build mungkin tepat untuk Anda.

Gelaryang akan didapatkan dari jurusan ini bervariasi, tergantung sekolah atau universitas, mulai dari D3, D4 atau S1. Rata-rata lulusan S1 akan memiliki gelar S.Ds. (Sarjana Desain) atau S.Sn (Sarjana Seni). Seperti jurusan kuliah pada umumnya, butuh waktu sekitar 3 - 4 tahun untuk menyelesaikan kuliah jurusan fashion design dengan tepat waktu. RumahCom – Merencanakan desain interior sangat penting agar Anda mendapatkan kenyamanan dan kemudahan saat menempati rumah nantinya. Memiliki desain interior yang baik dari sebuah rumah sangatlah penting. Desain tersebut bukanlah sebuah bentuk ekspresi dari sang perancang saja. Namun ada juga sentuhan dari Anda sebagai pemilik rumah. Karena hanya pemilik rumah saja yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan rumahnya. Kebutuhan setiap orang akan rumah tentu sangat berbeda-beda. Ada yang membutuhkan ruang yang lebih luas, ada pula yang ingin setiap ruang diisi oleh banyak perabotan. Ada yang ingin menggunakan beton sebagai pembatas dindin, tapi ada juga yang menginginkan kaca. Perbedaan-perbedaan preferensi tersebut membuat perencanaan desain penting dilakukan. Salah satu alasannya adalah untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar tingkat kepuasan Anda akan desain tersebut. Coba Anda bayangkan sebuah rumah yang sempit dengan perabotan sangat banyak, padahal rumah tersebut didesain untuk rumah minimalis. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat kenyamanan Anda saat tinggal di dalam rumah nantinya. Apa alasan penting lainnya dari perencanaan desain interior? Menciptakan rumah sesuai kebutuhan Apakah Anda seorang yang sibuk bekerja? Atau seorang pensiunan yang menginginkan hidup tenang di hari tua? Seseorang yang sibuk bekerja tentu memerlukan mobilitas tinggi. Saat di rumah Anda perlu mengetahui di mana letak seluruh barang-barang, terutama perangkat kerja. Jika tidak, hal tersebut hanya akan menghambat mobilitas tinggi. Desain rumah yang cocok adalah rumah dengan desain yang memudahkan Anda menjangkau berbagai macam kebutuhan tadi. Bagi orang yang sudah tua dan pensiunan, tentu mereka lebih membutuhkan rumah yang tidak begitu menyulitkan mereka. Akses setiap ruang yang mudah, batas dinding yang tidak begitu banyak, bahkan mereka tidak memerlukan tangga atau rumah dengan 2 lantai. Penataan interior yang tepat Sebuah rumah tentu perlu penataan interior yang tepat. Tujuannya adalah agar memudahkan Anda dalam memanfaatkan fasilitas yang menjadi bagian dari interior tersebut, atau bagian dari sebuah estetika. Setiap rumah tentu memiliki penataan interior yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi setiap orang berbeda-beda. Penataan interior yang tidak tepat tentu akan mengganggu kenyamanan saat berada di dalam rumah. Keindahan ruangan Jika sudah merencanakan bagaimana desain interior dari rumah, maka Anda bisa merencanakan cara untuk mempercantik rumah tersebut. Misalnya penggunaan wallpaper pada rumah dengan banyak dinding tentu baik. Sementara rumah rumah yang memiliki lebih sedikit dinding akan tampak lebih luas. Anda juga bisa menambahkan beberapa barang pada setiap ruangan. Misalnya lukisan, foto, televisi, tanaman, karpet, dan banyak barang lainnya yang memiliki tujuan mempercantik rumah. Memudahkan perawatan rumah Tanpa desain interior yang baik, perawatan rumah tentu akan sulit dilakukan. Misalnya dapur Anda tidak memiliki ventilasi udara, hal ini akan menyebabkan dindin serta langit-langit rumah menjadi kotor. Hal tersebut tentu harus dihindari jika ingin memiliki rumah yang bersih dan terawat. Kemudian jika rumah Anda terlalu banyak memiliki dinding dan ruangan, maka sulit sekali untuk bisa dibersihkan. Jika Anda menyapu atau mengepel lantai tentu membutuhkan banyak tenaga karena ada banyaknya ruang di rumah. Sumber Foto Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah Anda juga mungkin menyukai beberapa artikel ini Inspirasi Desain Interior untuk Rumah 60m2 RumahCom – Tinggal di rumah berukuran mungil menuntut Anda untuk lebih kreatif dalam menata ruangan. Selain memilih perabot yang fungsional dan praktis, penataan denah ruangan juga harus diperhatika Lanjutkan membaca • 25 Mei 2018 Mengenal Karakteristik Desain Skandinavian yang Kekinian RumahCom – Desain interior gaya Scandinavian kini tengah booming. Pasalnya, desainnya yang simpel, fungsional, dan sedap dipandang dianggap cocok untuk gaya urban masa kini. Gaya desain ini umumnya Lanjutkan membaca • 16 Nov 2017 Inspirasi Desain Rumah Agar Nuansa Lebaran Bertahan Lebih Lama - Lebaran tiba. Tunjangan Hari Raya THR pun telah cair. Jika masih ada sisa, kenapa tidak dialokasikan untuk merenovasi dan memperbarui tampilan rumah? Aplikasikan desain rumah bertema leb Lanjutkan membaca • 7 Jun 2019 Bengkelmodifikasi mobil di Jakarta terbaik di antaranya: (1) Cornerstone Bodyworks, (2) Vertue Concept, (3) Richz Auto Design, (4) MGK KemayoranKawasan Jakarta Selatan menjadi kawasan dengan bengkel modifikasi mobil yang paling sering direkomendasikan. Namun ternyata, bukan di Jakarta Selatan saja yang memiliki bengkel modifikasi body mobil terbaik. Extensions designed by a design and build company above left and an independent architect above right, both registered on Design for Me. Click the images to see their full profiles and shortlist them for your project. Should I use the builder’s architect or an independent one? When looking to do an extension or home renovation project, many homeowners consider using a one-stop-shop builder who can do the design work as well as the construction for a fixed fee. In the industry, this is called design and build and differs from the traditional’ route where you appoint your architect/designer to do the design and drawing work first AND THEN get quotes and appoint your builder. The design and build’ route provides early cost certainty as well as a single point of contact. This is very attractive and it may well be the best option for you. However, it shouldn’t be a decision taken too lightly and the aim of this article is to give you all the information you need to make the best decision for your particular project. The extension is so simple, do I even need an architect at all? Last week we asked, Do I need an architect for a home extension?’. In summary, we advised that although you might not need an architect’, it is important to use a design professional to help design and draw your project before building it! In that article we looked at the different kind of architectural design professionals – from qualified architects’ to technologists’ to architectural designers’ – which you can read about here Different architectural designer types Pros and cons of design and build’ vs the traditional’ route 1. The traditional route Using an independent architect or designer What’s the process? You select an independent architect / design professional. They analyse your needs then come back to you with a concept design. Once agreed, they submit planning drawings if required. Then they prepare drawings and a specification for construction. This set of documents is bundled up and given to your chosen builders for their quotations and timescales. If a builder’s quote is acceptable, you will sign a contract and building work can start. See our article Do I need a contract with my builder? Advantages of the traditional route – Design quality & flexibility 1. Choice of architect / designer Rather than being landed with your builder’s designer, you are free to select carefully the right design professional to suit your particular needs, style and budget. A great design professional will be able to deliver the best design for your project, at a budget you feel comfortable with. They’ll advise where to spend and where to save, to ensure you end up with a home you really love. 2. Your architect / designer works for you, and not your builder. Your builder’s in-house designer will be looking for ways to keep costs down for the builder, which may not result in the best possible design for your brief. An independent architect has no other interest in anything other than achieving the best design for you, within your budget. 3. Changing your mind isn’t as expensive as it is with design and build By the time your builder gets involved, you will have gone through a detailed design process and at this point you should be happy with your proposals to ensure you get an accurate price from your builder. However, it’s relatively straightforward to ask for changes after this point, as your builder will let you know the cost implications as you go. where the builder / loft company has an in-house or connected design professional You approach design and build companies at the beginning of your project. After initial meetingss, they provide a lump sum quotation for the entire project, which includes their designer’s fees, and you sign a contract with them. You start the design process with their designer. Once agreed, they submit planning drawings if required. The design process continues, often overlapping with the construction. Advantages of design and build – Easy, speedy and cost certainty 1. It’s quick This is the main advantage of using a one-stop-shop to design and build your extension. Loft companies, for example, can complete project after project very quickly. Don’t expect any design awards for creativity, but they know what works and how to build in the most cost and time-efficient way. 2. A single point of contact Many homeowners like the simplicity of dealing with only one company. There is less chance of mis-communication and misunderstanding along the way. This alone, speeds things up and results in fewer headaches for you. 3. You agree a fixed maximum price early on Cost certainty is another big draw to the design and build route. But do note that I haven’t said it’s less expensive necessarily; more on that below. Is it cheaper to use a design and build company? There isn’t a clear-cut answer to this, unfortunately. It’s a misconception to think you’re saving on architect’s fees. Instead, your builder will simply roll this into their quote. The advantage of your builder and designer working together is that, between them, they can find the most cost-effective way of constructing your extension and some of this saving hopefully will be passed to you through their quote. In doing this, they might opt for the cheaper building materials which aren’t necessarily the best. So, yes it might be cheaper but there is certainly an element of you get what you pay for’. However, as costs are fixed so early on in the design process with design and build, changing your mind about aspects of your project can be much more costly than with the traditional route. Before you appoint anyone to carry out design work – a checklist Whether you opt for an independent architect or design professional or decide to work with a design and build company, it’s always worth bearing these things in mind Do they hold adequate insurance to protect you from errors in their work Professional Indemnity Insurance? If not, their drawings and specifications should not be used for construction. Instead, the design liability could to be passed onto your builder. For example, the architectural designer could prepare preliminary drawings for planning only. Then, the contractor can develop the design into detailed construction drawings and take responsibility under their own design insurance note this insurance needs to specifically cover the design liability, which is different to a builder’s usual construction liability insurance. Have they done similar projects before? Ask to see examples when you meet. Get references from their previous clients. Where do I start? Design for Me is a free platform to help you quickly find the right design professional for your home project. As a residential architect myself, I started Design for Me after finding that talented and innovative smaller firms and individuals, who are perfectly placed to design new homes, extensions and/or renovations, can often get buried under the online profiles of large commercial companies. Before Design for Me, the right person to design your home project was very difficult to find! Once you register your project, we’ll match it with 100s of top architects and architectural designers all over the UK, and you can see who may be available and eager to work on your project straight away. Emily Design for Me Cukupdengan membuat poin-poin penting yang memang ingin disampaikan dan buatlah dalam desain yang meanrik dan menarik membuat proposal anda mudah dimengerti oleh target. 5. Selalu Berpikir Kreatif. Keuntungan lainnya dari belajar design graphic adalah membuat anda selalu berpikir kreatif. Secara otomatis mempelajari bidang ini membuat pola Apakahsudah ada peraturan yang mewajibkan jasa konstruksi memiliki gelar tersebut untuk suatu proyek tertentu? Belum ada. Sejauh ini persyaratan yang menyangkut kompetensi bagi jasa konstruksi untuk mengikuti proyek tertentu, adalah pengalaman jasa konstruksi tersebut dalam mengerjakan proyek yang sejenis, dan Sertifikat Keahlian (SKA), yang Aspekkekuatan terkait dengan kemampuan bahan tersebut menahan beban. Aspek ini tentunya begitu penting karena sebagai material bangunan, kayu juga harus bisa menahan beban tertentu. Keindahan. Beberapa kalangan mungkin akan menilai bahwa keindahan bukan aspek penting yang perlu diperhatikan saat memilih kayu untuk konstruksi bangunan. kontrakproyek sistem BOT/BOO/BLT. ¨ Kontrak ini merupakan pola kerjasama antara pemilik tanah/lahan dengan investor untuk menjadikan lahan menjadi satu fasilitas tertentu. ¨ Setelah pembangunan fasilitas selesai, investor diberi hak untuk mengelola dan memungut hasil dari fasilitas tersebut selama kurun waktu tertentu. Desaininterior yang baik dan sempurna, memiliki dampak yang mengejutkan pada kesehatan tubuh seseorang. Bagaimana secara fisiologis maupun psikologis, kesehatan seseorang dapat terpengaruhi oleh suasana dan nuansa sebuah ruangan. Contoh terbaik datang dari pilihan skema warna, yang merupakan salah satu dari banyak elemen dasar desain interior.

BiayaKonstruksi Modular. Harga konstruksi modular tergantung beberapa faktor misalnya, besarnya proyek pembangunan, desain bangunan, jenis bangunan, lokasi, material, peralatan, mesin, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, rumah tipe 33 yang dibangun dengan metode modular struktur membutuhkan biaya kurang lebih Rp 50.000.000 - Rp 70.000.000.

Jn8BE.
  • jk3116bnu9.pages.dev/265
  • jk3116bnu9.pages.dev/732
  • jk3116bnu9.pages.dev/268
  • jk3116bnu9.pages.dev/834
  • jk3116bnu9.pages.dev/991
  • jk3116bnu9.pages.dev/969
  • jk3116bnu9.pages.dev/237
  • jk3116bnu9.pages.dev/937
  • mengapa memilih desain dan konstruksi tersebut